Qana'ah
Menurut Prof.DR. Hamka dalam Tasauf Modern, qana`ah mengandung lima perkara, yaitu:
Pertama..
Menerima dengan rela akan apa yang ada. Hati yang rela kepada Allah
atas segala keadaan akan menimbulkan kesenangan dan kegembiraan,
merupakan jalan menuju hidup bahagia. Begitu pula sebaliknya, hati yang
benci memandang semua yang baik menjadi tidak baik bahkan yang baik
sekalipun masih dianggap kurang baik. Yang telah cukup masih belum
cukup. Hidup dengan keluhan, penyesalan dan senantiasa kurang puas.
Hanya iman dan sikap ridalah yang mampu membentengi penglihatan kita
dalam memandang segala sesuatu, sehingga kelihatan indah, cantik dan
menentramkan hati.
Kedua..
Memohonkan kepada Allah
tambahan yang pantas dan berusaha. Firman Allah dalam s.al-Baqarah ayat
186. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka
itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.
Karena
Allah dekat dengan hamba-hamba-NYA yang beriman dan beramal shalih kita
dipersilakan untuk memohon dengan ikhlas setelah kita berusaha dengan
menyempurnakan ikhtiar. Dalam s.al-Mu`min ayat 60, Dan Tuhanmu
berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.
Ketiga..
Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah. Sebagaimana firman Allah
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Orang
beriman mengetahui bahwa cobaan yang diterimanya bukanlah suatu pukulan
yang datang tiba-tiba atau datang menyerang dengan membuta tuli,
melainkan sesuatu dengan qadar yang telah dikenal, ketentuan yang pernah
berlaku, kebijaksanaan dan keputusan dari Tuhan.
Keempat..
Bertawakal kepada Allah. Tawakal bukan berarti menyerah semata-mata,
tinggal diam dan tidak bekerja. Saidina Umar yang berbunyi; “langit
tidak pernah menurunkan hujan emas atau perak”, cukup untuk memberikan
pengertian tentang arti tawakal dan menyerahkan diri kepada Allah.
Tawakal bukanlah meninggalkan sebab-sebab yang diadakan oleh Allah,
bukan pula menyerah dan mengharapkan supaya Allah mengadakan sesuatu di
luar keadaan yang biasa, menanti–nanti hujan emas atau perak turun dari
langit atau menunggu dari bumi keluar nasi atau roti tanpa ada kerja dan
usaha, tanpa mempergunakan pikiran.
Arti tawakal ialah bekerja
dan mengusahakan sebab-sebab yang biasa, kemudian menyerahkan hasilnya
kepada Allah. Benih disemai dan ditanam, sedang memberi buahnya
diharapkan kepada Allah. Kita mengerjakan mana yang biasa dan dalam
batas kesanggupan manusia, selebihnya kita serahkan kepada Allah.
Tatkala di masa Rasulullah saw. datanglah seorang Arab dusun kepada
Beliau, lalu ditinggalkannya untanya dekat pintu mesjid, lepas tak
bertali. Dengan begitu dia menyerahkan kepada Allah untuk memeliharanya,
Nabi saw. Bersabda, yang sampai sekarang tetap menjadi perkataan yang
bersayap, “I`qilha wa tawakkal” (ikatlah untamu dan bertawakallah).
Kelima..
Tidak tertarik oleh tipu daya dunia. Rasulullah Saw. telah bersabda:
“Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, kekayaan ialah kekayaan
jiwa”. Maksudnya jiwa dan raga merasa cukup dengan apa yang ada, tidak
loba dan cemburu, bukan orang yang meminta lebih terus-terusan. Karena
kalau masih meminta tambah, bertanda masih miskin.
Semoga kita bisa memahami hakikat qanaah..
Sumber : teman FB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar