Jumat, 10 Mei 2013

Qana'ah

Menurut Prof.DR. Hamka dalam Tasauf Modern, qana`ah mengandung lima perkara, yaitu:

Pertama..

Menerima dengan rela akan apa yang ada. Hati yang rela kepada Allah atas segala keadaan akan menimbulkan kesenangan dan kegembiraan, merupakan jalan menuju hidup bahagia. Begitu pula sebaliknya, hati yang benci memandang semua yang baik menjadi tidak baik bahkan yang baik sekalipun masih dianggap kurang baik. Yang telah cukup masih belum cukup. Hidup dengan keluhan, penyesalan dan senantiasa kurang puas. Hanya iman dan sikap ridalah yang mampu membentengi penglihatan kita dalam memandang segala sesuatu, sehingga kelihatan indah, cantik dan menentramkan hati.
Kedua..

Memohonkan kepada Allah tambahan yang pantas dan berusaha. Firman Allah dalam s.al-Baqarah ayat 186. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”.

Karena Allah dekat dengan hamba-hamba-NYA yang beriman dan beramal shalih kita dipersilakan untuk memohon dengan ikhlas setelah kita berusaha dengan menyempurnakan ikhtiar. Dalam s.al-Mu`min ayat 60, Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.

Ketiga..

Menerima dengan sabar akan ketentuan Allah. Sebagaimana firman Allah Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. Orang beriman mengetahui bahwa cobaan yang diterimanya bukanlah suatu pukulan yang datang tiba-tiba atau datang menyerang dengan membuta tuli, melainkan sesuatu dengan qadar yang telah dikenal, ketentuan yang pernah berlaku, kebijaksanaan dan keputusan dari Tuhan.

Keempat..

Bertawakal kepada Allah. Tawakal bukan berarti menyerah semata-mata, tinggal diam dan tidak bekerja. Saidina Umar yang berbunyi; “langit tidak pernah menurunkan hujan emas atau perak”, cukup untuk memberikan pengertian tentang arti tawakal dan menyerahkan diri kepada Allah.

Tawakal bukanlah meninggalkan sebab-sebab yang diadakan oleh Allah, bukan pula menyerah dan mengharapkan supaya Allah mengadakan sesuatu di luar keadaan yang biasa, menanti–nanti hujan emas atau perak turun dari langit atau menunggu dari bumi keluar nasi atau roti tanpa ada kerja dan usaha, tanpa mempergunakan pikiran.

Arti tawakal ialah bekerja dan mengusahakan sebab-sebab yang biasa, kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah. Benih disemai dan ditanam, sedang memberi buahnya diharapkan kepada Allah. Kita mengerjakan mana yang biasa dan dalam batas kesanggupan manusia, selebihnya kita serahkan kepada Allah.

Tatkala di masa Rasulullah saw. datanglah seorang Arab dusun kepada Beliau, lalu ditinggalkannya untanya dekat pintu mesjid, lepas tak bertali. Dengan begitu dia menyerahkan kepada Allah untuk memeliharanya, Nabi saw. Bersabda, yang sampai sekarang tetap menjadi perkataan yang bersayap, “I`qilha wa tawakkal” (ikatlah untamu dan bertawakallah).

Kelima..

Tidak tertarik oleh tipu daya dunia. Rasulullah Saw. telah bersabda: “Bukanlah kekayaan itu lantaran banyak harta, kekayaan ialah kekayaan jiwa”. Maksudnya jiwa dan raga merasa cukup dengan apa yang ada, tidak loba dan cemburu, bukan orang yang meminta lebih terus-terusan. Karena kalau masih meminta tambah, bertanda masih miskin.

Semoga kita bisa memahami hakikat qanaah..
Sumber : teman FB
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar